Bab Siapa yang Tidak Menyebut Wudhu Kecuali Saat Terjadi Hadats
حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ أَيُّوبَ، حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ، أَخْبَرَنَا أَبُو بِشْرٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ، أَنَّ أُمَّ حَبِيبَةَ بِنْتَ جَحْشٍ، اسْتُحِيضَتْ فَأَمَرَهَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَنْ تَنْتَظِرَ أَيَّامَ أَقْرَائِهَا ثُمَّ تَغْتَسِلُ وَتُصَلِّي فَإِنْ رَأَتْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ تَوَضَّأَتْ وَصَلَّتْ .
Diriwayatkan dari Umm Habibah binti Jahsh: Ikrimah berkata: Umm Habibah binti Jahsh mengalami keluarnya darah yang berkepanjangan. Nabi (ﷺ) memerintahkannya untuk menunggu (dari shalat) selama masa haidnya; kemudian ia harus mandi dan shalat, jika ia melihat sesuatu (yang membatalkan wudhu) ia harus berwudhu dan shalat.
☝️ Salin kutipan hadits diatasDonasi operasional website
Rp 10,000
Rp 30,000
Rp 50,000
Rp 100,000
Rp 1,000,000
“Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rizki yang terbaik.” (QS. Saba’/34: 39)
