Bab Siapa yang Tidak Menyebutkan Wudhu Kecuali Saat Terjadi Hadats
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبٍ، حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنَا اللَّيْثُ، عَنْ رَبِيعَةَ، أَنَّهُ كَانَ لاَ يَرَى عَلَى الْمُسْتَحَاضَةِ وُضُوءًا عِنْدَ كُلِّ صَلاَةٍ إِلاَّ أَنْ يُصِيبَهَا حَدَثٌ غَيْرُ الدَّمِ فَتَوَضَّأُ . قَالَ أَبُو دَاوُدَ هَذَا قَوْلُ مَالِكٍ يَعْنِي ابْنَ أَنَسٍ .
Rabi'ah berkata: Umm Habibah binti Jahsh mengalami darah yang berkepanjangan. Nabi (ﷺ) memerintahkannya untuk menahan diri (dari shalat) selama masa haidnya; kemudian ia harus mencuci dan shalat. Jika ia melihat sesuatu (yang membatalkan wudhu), ia harus berwudhu dan shalat. Abu Dawud berkata: Ini adalah pendapat yang dipegang oleh Malik bin Anas.
☝️ Salin kutipan hadits diatasDonasi operasional website
Rp 10,000
Rp 30,000
Rp 50,000
Rp 100,000
Rp 1,000,000
“Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rizki yang terbaik.” (QS. Saba’/34: 39)
