Bab Mimpi Jika Diinterpretasikan Terjadi, Maka Tidak Boleh Diceritakan Kecuali Kepada Orang yang Bijak
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ، حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ، عَنْ يَعْلَى بْنِ عَطَاءٍ، عَنْ وَكِيعِ بْنِ عُدُسٍ الْعُقَيْلِيِّ، عَنْ عَمِّهِ أَبِي رَزِينٍ، أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ ـ صلى الله عليه وسلم ـ يَقُولُ " الرُّؤْيَا عَلَى رِجْلِ طَائِرٍ مَا لَمْ تُعْبَرْ فَإِذَا عُبِرَتْ وَقَعَتْ " . قَالَ " وَالرُّؤْيَا جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ " . قَالَ وَأَحْسِبُهُ قَالَ " لاَ يَقُصُّهَا إِلاَّ عَلَى وَادٍّ أَوْ ذِي رَأْىٍ " .
Dari Abu Razin, ia mendengar Nabi ﷺ berkata: "Mimpi itu tergantung pada kaki burung sampai diinterpretasikan, kemudian ketika diinterpretasikan, ia akan terjadi." Ia berkata: "Dan mimpi adalah salah satu dari empat puluh enam bagian dari kenabian." Ia (perawi) berkata: "Dan saya kira dia berkata: '(Seseorang) tidak boleh menceritakannya kecuali kepada orang yang dicintainya atau orang yang bijak.'"
☝️ Salin kutipan hadits diatasDonasi operasional website
Rp 10,000
Rp 30,000
Rp 50,000
Rp 100,000
Rp 1,000,000
“Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rizki yang terbaik.” (QS. Saba’/34: 39)
